PANORAMA GUA PAYUDAN
Objek
wisata ini berada di atas peGuaan yang bernama Gua Payudan, tepatnya di Desa
Payudan Daleman Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep kurang lebih 30 Km ke
Arah Barat Kota Sumenep. Bagi masyarakat Sumenep Khususnya, Gua Payudan
mempunyai arti penting mengingat gua ini memiliki keterkaitan dengan sejarah
raja-raja Sumenep abad 14 sampai 17.
Gua
ini tidak hanya bernilai sebuah obyek wisata Alam (goa) saja, tetapi juga
mengandung makna religi dan sejarah didalamnya. Gua payudan pada jaman dahulu
kala, pada masa kerajaan merupakan tempat bertapa/bersemedi sebagian
raja-raja Sumenep. Adapun raja-raja Sumenep yang pernah bertapa di Gua ini
adalah:
Potre
Koneng, adalah Putri dari Pangeran Soccadiningrat II Raja Sumenep yang berkuasa
sekitar tahun 1366 sampai 1386 yang keratonnya pada waktu itu masih berada di
Desa Banasare Kecamatan Rubaru. Potre koneng ini mempunyai suami yang juga raja
di Sepudi yang bernama Adi Poday sekitar tahun 1399-1415 yang masih cucu dari Sunan Ampel Surabaya.
Pangeran
Jokotole, adalah Pangeran yang bergelar Pangeran Soccadiningrat III Raja
Sumenep pada Tahun 1415-1460. Beliau adalah Putra tertua dari pasangan Potre
Koneng dengan Adipoday. Jokotole tidak hanya di kenal di wilayah Madura saja,
tetapi sudah keluar Madura seperti Jawa dan Bali. Konon Jokotole merupakan raja
yang sangat disegani karena keahlian ilmu kanoragannya. Hal ini terbukti pada
jaman kerajaan Majapahit, Jokotole mampu mengalahkan Blambangan yang pada
akhirnya di jadikan Menantu raja majapahit yaitu Raja Brawijaya.
Pangeran
Jimat, Raja Sumenep tahun 1731-1744, adalah putra Pangeran Rama (Pangeran Cakra
Negara II) Ke Lesap, Raja Sumenep tahun 1749-1750, beliau berkuasa hanya
sebentar karena tewas terbunuh ketika berperang melawan raja dari bangkalan.
Adapun Ke Lesap sendiri adalah keturunan dari Bangkalan. Bindara Saod. CR.
Tumenggung Tirtonegoro) Raja Sumenep tahun 1750-1762.
Syekh Abu Syamsudin" yang bernama asli "Su'adi"
adalah putra tunggal dari "Syekh" Basyaniyah (putra
kedua dari "Syekh" Abdul Mannan/"Buju"
Kosambi)". Jadi "Syekh Abu Syamsudin" adalah cucu
dari "Buju'" Kosambi. Kisah hidup "Syekh Abu
Syamsudin" tidak berbeda dengan ayahanda dan buyutnya, yakni gemar
bertapa dan selalu menyendiri bertirakat serta selalu berpindah-pindah tempat
dalam melakukan pertapaannya. Salah satu tempat pertapaan "Syekh Abu
Syamsudin" ditemukan di dekat kampung Aeng Nyono' yang
berada di tengah hutan yang cukup lebat. Merupakan tempat yang sangat bagus
untuk bertapa, karena hutan tersebut memang belum terjamah tangan manusia dan
karena tempat itu sering digunakan orang untuk bertapa, maka penduduk sekitar
menamakan kampung itu dengan sebutan Kampung Pertapaan.
Bindara Saod keturunan dari Pangeran
Katandur. Pangeran ini cucu dari Sunan Kudus, Pangeran Katandur adalah pemimpin pertanian
yang mula-mula memberi contoh bercocok tanam didesa Parsanga dan desa-desa
disekitarnya dalam pertengahan abad ke- 17. Waktu didaerah Sumenep ditimpa
bencana kelaparan hujan lama tidak turun dan rakyat disibukkan oleh macam-macam
peperangan tetapi berkat petunjuk-petunjuk dari Pangeran Katandur dibidang
pertanian maka hasil produksi dapat dilipat gandakan dan kelaparan dapat segera
diatasi. Pangeran Katandur memang mempunyai darah keturunan Arab maka disamping
memimpin pertanian ia juga menyebarkan Agama Islam, setelah beberapa keturunan
sampailah pada Bindara Saod, dengan demikian ia mempunyai keturunan Arab. Bindara
Saod diambil oleh pamannya ialah Kyai Pekke, Kyai ini mempunyai banyak santri
termasuk pula Bindara Saod.
Untuk
menuju/mengunjungi tempat ini tidak begitu sulit, dari Sumenep naik angkutan
umum menuju ganding lalu ganti angkutan menuju Pasean atau Batu Ampar, kemudian
turun di pertigaan Desa Payudan Daleman. Sedang dari pertigaan bisa menaiki
dokar (Andong) atau jalan kaki sekitar 2 Km sampai ke Lokasi Gua.
Tangga naik menuju halaman /
pelantaran Gua perlu diberi pagar atau pegangan penyangga untuk mengurangi
resiko kecelakaan pada pengunjung. Hal ini penting dan harus segera dilakukan
mengingat tangga menuju lokasi sangat berbahaya dan curam dan licin. Gua
memiliki tiga lantai; pertama adalah halaman Gua dengan ukuran kurang lebih 27m
x 10m, lantai kedua (diatasnya) yaitu berukuran sekitar 35 m2 dan
biasa digunakan sebagai ruang tamu (Lobbi), sedangkan lantai diatasnya yaitu
lantai ketiga difungsikan untuk Sholat.
Selain itu, di dalam gua payudan juga terdapat air payudan. Air payudan adalah air yang berasal dari tetesan batu-batu yang ada di gua payudan.Tetesan air dari batu ini dipercaya dapat menyembuhkan 1001 macam penyakit atas izin yang maha kuasa. Maka dari itu, tak jarang ada banyak wisatawan yang mengambil tetesan
airnya, karena tak hanya untuk penyembuhan saja, melainkan juga berguna
untuk mengabulkan hajat bagi mereka yang memilikinya. Air tetesan ini
juga dipercaya merupakan penambah kecantikkan dari Potre Koneng.
Saran untuk pengunjung :
- Sebaiknya apabila ingin mengunjungi Gua Payudan , pengunjung diharapkan datang bersama orang yang lebih dewasa atau penunjuk jalan
- Sebelum mengunjungi ke Gua Payudan tersebut sebaiknya pengunjung mempersiapkan fisik yang kuat, karena jalan menuju tempat tersebut jauh.
- Saat berada di tempat tujuan tersebut sebaiknya berhati-hatilah, patuhi aturan yang ada disana karena Gua payudan tersebut merupakan tempat bersejarah yaitu tempat bersemedinya raja dan ratu Sumenep.
Berikut dokumentasi foto kami saat observasi:
Saran untuk pengunjung :
- Sebaiknya apabila ingin mengunjungi Gua Payudan , pengunjung diharapkan datang bersama orang yang lebih dewasa atau penunjuk jalan
- Sebelum mengunjungi ke Gua Payudan tersebut sebaiknya pengunjung mempersiapkan fisik yang kuat, karena jalan menuju tempat tersebut jauh.
- Saat berada di tempat tujuan tersebut sebaiknya berhati-hatilah, patuhi aturan yang ada disana karena Gua payudan tersebut merupakan tempat bersejarah yaitu tempat bersemedinya raja dan ratu Sumenep.
Berikut dokumentasi foto kami saat observasi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar