Sabtu, 05 Maret 2016



 PANORAMA GUA PAYUDAN


Objek wisata ini berada di atas peGuaan yang bernama Gua Payudan, tepatnya di Desa Payudan Daleman Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep kurang lebih 30 Km ke Arah Barat Kota Sumenep. Bagi masyarakat Sumenep Khususnya, Gua Payudan mempunyai arti penting mengingat gua ini memiliki keterkaitan dengan sejarah raja-raja Sumenep abad 14 sampai 17.
Gua ini tidak hanya bernilai sebuah obyek wisata Alam (goa) saja, tetapi juga mengandung makna religi dan sejarah didalamnya. Gua payudan pada jaman dahulu kala, pada masa kerajaan merupakan tempat bertapa/bersemedi sebagian raja-raja Sumenep. Adapun raja-raja Sumenep yang pernah bertapa di Gua ini adalah:
Potre Koneng, adalah Putri dari Pangeran Soccadiningrat II Raja Sumenep yang berkuasa sekitar tahun 1366 sampai 1386 yang keratonnya pada waktu itu masih berada di Desa Banasare Kecamatan Rubaru. Potre koneng ini mempunyai suami yang juga raja di Sepudi yang bernama Adi Poday sekitar tahun 1399-1415 yang masih cucu dari Sunan Ampel Surabaya.
Pangeran Jokotole, adalah Pangeran yang bergelar Pangeran Soccadiningrat III Raja Sumenep pada Tahun 1415-1460. Beliau adalah Putra tertua dari pasangan Potre Koneng dengan Adipoday. Jokotole tidak hanya di kenal di wilayah Madura saja, tetapi sudah keluar Madura seperti Jawa dan Bali. Konon Jokotole merupakan raja yang sangat disegani karena keahlian ilmu kanoragannya. Hal ini terbukti pada jaman kerajaan Majapahit, Jokotole mampu mengalahkan Blambangan yang pada akhirnya di jadikan Menantu raja majapahit yaitu Raja Brawijaya.
Pangeran Jimat, Raja Sumenep tahun 1731-1744, adalah putra Pangeran Rama (Pangeran Cakra Negara II) Ke Lesap, Raja Sumenep tahun 1749-1750, beliau berkuasa hanya sebentar karena tewas terbunuh ketika berperang melawan raja dari bangkalan. Adapun Ke Lesap sendiri adalah keturunan dari Bangkalan. Bindara Saod. CR. Tumenggung Tirtonegoro) Raja Sumenep tahun 1750-1762.

Syekh Abu Syamsudin" yang bernama asli "Su'adi" adalah putra tunggal dari "Syekh" Basyaniyah (putra kedua dari "Syekh" Abdul Mannan/"Buju" Kosambi)". Jadi "Syekh Abu Syamsudin" adalah cucu dari "Buju'" Kosambi. Kisah hidup "Syekh Abu Syamsudin" tidak berbeda dengan ayahanda dan buyutnya, yakni gemar bertapa dan selalu menyendiri bertirakat serta selalu berpindah-pindah tempat dalam melakukan pertapaannya. Salah satu tempat pertapaan "Syekh Abu Syamsudin" ditemukan di dekat kampung Aeng Nyono'  yang berada di tengah hutan yang cukup lebat. Merupakan tempat yang sangat bagus untuk bertapa, karena hutan tersebut memang belum terjamah tangan manusia dan karena tempat itu sering digunakan orang untuk bertapa, maka penduduk sekitar menamakan kampung itu dengan sebutan Kampung Pertapaan.


Bindara Saod keturunan dari Pangeran Katandur. Pangeran ini cucu dari Sunan Kudus, Pangeran Katandur adalah pemimpin pertanian yang mula-mula memberi contoh bercocok tanam didesa Parsanga dan desa-desa disekitarnya dalam pertengahan abad ke- 17. Waktu didaerah Sumenep ditimpa bencana kelaparan hujan lama tidak turun dan rakyat disibukkan oleh macam-macam peperangan tetapi berkat petunjuk-petunjuk dari Pangeran Katandur dibidang pertanian maka hasil produksi dapat dilipat gandakan dan kelaparan dapat segera diatasi. Pangeran Katandur memang mempunyai darah keturunan Arab maka disamping memimpin pertanian ia juga menyebarkan Agama Islam, setelah beberapa keturunan sampailah pada Bindara Saod, dengan demikian ia mempunyai keturunan Arab. Bindara Saod diambil oleh pamannya ialah Kyai Pekke, Kyai ini mempunyai banyak santri termasuk pula Bindara Saod.



Untuk menuju/mengunjungi tempat ini tidak begitu sulit, dari Sumenep naik angkutan umum menuju ganding lalu ganti angkutan menuju Pasean atau Batu Ampar, kemudian turun di pertigaan Desa Payudan Daleman. Sedang dari pertigaan bisa menaiki dokar (Andong) atau jalan kaki sekitar 2 Km sampai ke Lokasi Gua.



Tangga naik menuju halaman / pelantaran Gua perlu diberi pagar atau pegangan penyangga untuk mengurangi resiko kecelakaan pada pengunjung. Hal ini penting dan harus segera dilakukan mengingat tangga menuju lokasi sangat berbahaya dan curam dan licin. Gua memiliki tiga lantai; pertama adalah halaman Gua dengan ukuran kurang lebih 27m x 10m, lantai kedua (diatasnya) yaitu berukuran sekitar 35 m2 dan biasa digunakan sebagai ruang tamu (Lobbi), sedangkan lantai diatasnya yaitu lantai ketiga difungsikan untuk Sholat.
Selain itu, di dalam gua payudan juga terdapat air payudan. Air payudan adalah air yang berasal dari tetesan batu-batu yang ada di gua payudan.Tetesan air dari batu ini dipercaya dapat menyembuhkan 1001 macam penyakit atas izin yang maha kuasa. Maka dari itu, tak jarang ada banyak wisatawan yang mengambil tetesan airnya, karena tak hanya untuk penyembuhan saja, melainkan juga berguna untuk mengabulkan hajat bagi mereka yang memilikinya. Air tetesan ini juga dipercaya merupakan penambah kecantikkan dari Potre Koneng.


Saran untuk pengunjung :
- Sebaiknya apabila ingin mengunjungi Gua Payudan , pengunjung diharapkan datang bersama orang yang lebih dewasa atau penunjuk jalan
- Sebelum mengunjungi ke Gua Payudan tersebut sebaiknya pengunjung mempersiapkan fisik yang kuat, karena jalan menuju tempat tersebut jauh. 
- Saat berada di tempat tujuan tersebut sebaiknya berhati-hatilah, patuhi aturan yang ada disana karena Gua payudan tersebut merupakan tempat bersejarah yaitu tempat bersemedinya raja dan ratu Sumenep.


Berikut dokumentasi foto kami saat observasi:






 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar